Sinopsis Singkat 'He is Psychometric" Episode 1 Part 3
He is Psychometric Episode 1 Part 3
Lee An di
bawa ke aknor polisi. Dia langsung dimasukkan ke dalam sel penjara, terus
berterika jika bukan dia pelakunya. Dia memanjat besi sel sehingga membuat
petugas kesal, lalu melemparkan barang ke Lee An hingga terjatuh. Sedangkan itu
Jae In terus mendapatkan pujian dari petgas karena berhasil merekam bukti. Tak hanya
itu saja Jae In juga menyrankan petugas untuk memeriksa cctv supaya bis
amelihat detai kejadiannya. Perlahan Lee An meryap lagi di besi sel sambil
meguping pembicaraa Jae In dengan petugas.
Selesai melaporkan
kejadian ini, Jae In pergi meninggalkan kantor polisi. Tapi nampaknya Lee An
dendam dengannya “Hai Tunggu! Mau kemana kamu! Tunggu ku tangkap kau. Aku sudah
tahu wajahmu jadi akn ku cari kamu!” Lee An sangat kesal tak bisa diam sampai
kepalanya tebentur. “Ah! Sakit!”. Jae In berhensti sebentar lalu melirik tajam
Lee An. Tak pernah menyerah Lee An terus mmebela dirinya yang tak bersalah. Dia
prote pada petugas yang hanya mendengarkan Jai In. Muncullah salah satu petugas
yang rupanya mengenali Lee An. “Bukankah Kamu Lee An?”. Tanya petugas yang
mengenalnya. Melihat petugas itu, nyalinya langsung menciut. “E...bukan.” Lee
An langsung berhenti betingkah sambil mengembalikan badannya dan duduk bersimpuh
di lantai.
Petugas yang
mennagani kasusnya menanyakan perihal Lee An “Kamu mengenalnya?. “Setiap
petugas polisi di pusat kota pasti tahu siapa dia.” Petugas yang menganl Lee An
menceritakan tentang masa lalu Lee An yang sedang berkelahi dengan sekelompok
remaja lain. Satu lawan banyak, hebatnya lagi Lee An menang. Lee An juga merupakan
legenda sekolah Hongkak. Petugas yang menganl Lee An mengira jika dia sudah
menjadi tahanan remaja atau mati, malahan kini menjadi remaja yang mesum. Penasaran
dengan latar belakang Lee An petugas yang menangani kasusnya bertany kembali “Dia
terkenal?apa yang harus ku lakukan. Ini bisa jadi masalah besar”. “Hubungi detektif
Eun Ji Soo di pusat!” perintah petugas yang mengenal Lee An. Lee An yang
mendengarnya langsung bangkit “Woi jangan! Biarkan saja aku disini!”. Berisik mendengarkan
suara Lee An petugas langsung melemparkan buku padanya hingga mengenai tangan
Lee An merasa kesakitan.
Eunji menepis tangan Lee An. "Kalau aku melupakannya lalu apa yang kamu lakukan keluar soal merinci 5W1H?" Tanya Eunji "aku bisa menggunakan 5W1H untuk menjelaskannya." Jawab Lee An Penuh percaya diri. "Memangnya kamu tau apa 5W1H?". Eunji menanyakan lagi untuk meyakini. "Hah? Jangan pikir aku tak tau" ujar Lee An lalu pergi. Mereka masuk ke mobil, sambil menyetir Eunji menasehatinya tentang UU pelecehan seksual.
Eunji memberi tahu juga Lee An bisa di penjara dengan catatan bertemu dengan Sungguh Mo di pengadilan sebagai jaksa dan terdakwa. "Catatan apa?" Tanya Lee An. " Aku sudah malu dengan tingkqhmu yang sudah tercatat melakukan pelecehan seksual. Sudahlah, on juang terbaik. Lagian kamu memang punya nurani penantian, kamu tidak mungkin membantu ku dan mengatakan tentang psikometri pertma di Korea" terang Eunji. "Maksudnya? Kamu menyuruh ku jadi psikometri." Ucap Lee An. "Hei aku ngomong begini biar kami mau melakukan sesuatu. Aku mau kamu punya mimpi."
“Makanya aku ingin mewujudkan mimpi ini, tapi kamu tak mau bekerjasama.” Jawab Eunji.
Eunji sudah tak tau apa yang harus dilakukan. Untuk mencobanya saja Eunji membwa Lee An keruang autopsi tanpa sepengetahuan Sung Mo. Lee An memberi saran kalau kejadian dirumah sakit itu adalah pelaku yang sama dengan apertem di Yoengsoseng pasti akan lebih serius. “Kalau kamu mendetailan ukuran dalaman kamu akan lebih malu”. Ujar Lee An. “Ah, Astaga!”. Eunji meminta Lee An untuk berbicara dengan Sung Mo, tapi dia malah menolaknya dengan sombongnya dia bisa mengurusnya sendiri. “aku kan punya ini.” Sambil menjulurkan tangannya. Eunji langsung mengiayakan saja.
Terlihat di
ruang guru kepala sekolah dan beberapa guru sedang merapatkan Lee An yang
terakan cctv melompatai tembok sekolah. Guru matematika menduga Lee An masuk
ruang guru sebelum hari ujian. Di tambah dengan argumen guru wanita yang
mmeperkuat dugan jika ruang guru yang rusak. Di lanjut dengan guru yang kurus
memberi tahu jika harus tutup mulut supaya tidak terjadi hal lainnya. Kepala sekolah
berdehem lalu membacakan kelakuan Lee An
selama ini “Dia terliba lima perkelahian, terlambat, bolos sekolah dan absen
beberapa hari? Dia pengacau sekolah kita.”
Baru saja
dibicarakan tingkah lakunya oleh para guru, Lee An terlihat memanjat masuk ke
sekolah dengn cara melompatai tembok. Lee An mendara dengan gaya coolnya. Dia berjalan
dengan santainya membuat para siswa menjerit histeris “Oppa.......!!”.
Mendengar suara gaduh di luar kepala sekolah bertanya “Apa itu?” tanya kepsek. Guru
matematika yang tadi diam tiba-tiba tertwa “Dia datang” semua mentapnya. Guru
matematika langsung merubah mimik wajahya menjadi lebih wibawa. “itu dia”.
Siswa perempuan
terus tertuju pada Lee An. Mereka melihat dari jendela dan menyoraki Lee An. Salah
satu teman Lee An menghampiri dengan sosis di tangan .”Kamu mau?” Dia heran
kenapa Lee an masih bisa terlambat padahal sudah di depan sekolah “terjadi
sesuatu” cerita Lee An. “Apa sesuatu yang besar terjadi?” tanya temannya. “Jika
tak lebih buruk daipada penjaara karena cabul maka jangan bicara!” jelas Lee
An. “Apa Maksudnya?” temannya masih bingung dengan masalah Lee An.
Di lanjut
dengan temannya yang curhatt soal pujaan hatinya yaitu So Hyoen. Memberi tahu
jika So Hyoen putus dengan kakasihnya. Penuh percaya diri, So Hyoen putus itu
karena dirinya. Mengira So Hyoen sudah mau menerima apa adanya. Tak hanya itu aja dia meminta Lee An untuk
menggunakan kemampuan psikometrinya pada So Hyoen meski ia yakin hanya dia
satu-satunya di hati Seo Hyeon. Lee An malah bercanda jika patung Laksamana Yi
lebih menarik bagi So Hyeon. Temannya kesal lalu memebri tahu jika Lee An di
panggil guru matematika. “sebiknya kamu kabur!”.
Jae in
ternyata satu sekolah dengan Lee An. Guru wanita terlihat sednag memeriksa
berkasnya. Dia juga melihat impian Jae In yang mau menjadi pengacara atau jaksa
maupun hakim. “Apaornagtuamu bekerja di bidag hukum?” tanya guru wanita. Jae In
hanya bisa tersenyum. Guru wanita bertanya soal Jae In yang sering pindah-pindah
sekolah. Kali ini Jae in menjawabnya “aku hanya ingin belajar dengan tenang.” . “Gadis
cantik, ini sekolahan untuk anak-anak yang malas belajar.” Jawab guru wanita.
Guru
matematika datang menghampiri mereka dan bertanya “Dimana dia? Dia tetap akan
terusir terlepas dari insiden yang baru saja terjadi.” Guru wanita menennagkannya
karena sedang ada murid baru. Penuh percaya diri guru wanita menyurh Jae In mengisi formulir tentang orangtuanya. Tapi
Jae In tak suka dengan perihal ini yang mengisi formulir, karena harus mengisi
nama orangtua,pekerjaa, tempat tinggal tetap atau sewa bahkan gaji. Hal ini
akan membuat siswa saling membandingkan akan menimbukan perasaan inferiritas
dan kekalahan. Dia pun merasa tak keberatan untuk mengisinya.
Guru
matematika terus memperhatikan Jae In. Guru wanita langsung menarik formulir
lalu menawarkan diri untuk mengantarnya ke kelas.
Guru kurus
tampak memperhatikan Jae In sedikit menyingung perihal ayahnya. Guru syahrini
segera menarik formulir itu. Dia bahkan menawarkan diri mengantar Jae In ke
kelas. Jae In bilang dia akan ke toilet dulu. Jae In mencuci tangannya di
wastafel. Keluarlah dua murid perempuan yang sepertinya tak suka dengan murid
baru. Mereka terus memperhatikan Jea In yang mengelap tangannya dengan sapu
tangan kecil miliknya. Mereka keheranan sepertinya tertarik untuk menjadi teman
Jae In melihat penampilan Jae In sperti orang berada.
Jae In
keluar dari toilet, melihat seseorang yang pernah dia temui. Ternyata laki-laki
yang didepannya adalah Lee An. Dia bisa langsung menebak dengan postur tubuh
dan jaketnya. Dia terus memperhatikan Lee An dari belakang. Lee An berhenti di
balik tembok “Siapa yang mengajar matematika?”. Jae In langsung memberi tahunya
“Guru dnegan meja 2-8.” “Ah! Meja 2-8.” Lee An berbalik ke belakang langsung
terkejut “sedang apa kamu disini?” tanyanya. “Cepat juga kamu bebas. Apa itu
pelanggaran pertamamu?” ledek Jae In. “Sana bersihkan apa yang kamu lakukan. Kalau tidak, aku tuntut
kamu karena pencemaran nama baik” ancam Lee An. Jae In uga gak mau kalah, dia
malah balik mengancamnya akan memutar video dan memberi tahu pada semua guru. Tapi
Lee An langsung menghalanginya.
Saat Lee An
bingung, Guru matematika datang dengan tongkatnya dan langsung menarik Lee An. “Kamu
menyebabkan banyak masalah, masih saja datang terambat!” tuduh guru matematika.
Lee An mengaku tak bersalah. Guru matematika munujukan bukti hasil ujian Lee An.
Lee An di tuduh mencuri kunci jawaban karena peringkatnya yang masuk dalam 15
besar. Sedangkan Jae In memperatikan mereka dari meja guru wanita.
Lee An ingat saat ujian dia menyentuh tengkuk
teman di depannya. Karena kemampuan langkanya dia bisa menemukan jawabannya,
kebetulan cowok yang dia sentuh anak pandai. Lee An menggaruk tengkuknya. “emm
itu Cuma latihan. Maksudku dia ornagnya lengah.” Satu pukulan buku melayanng. “Apa
karena otak transparannya atau kemmapuanku semata”. Di pukul lagi dengan buku
sama guru matematika. Tapi alasannya tak masuk akal sehinga guru matematika
terus menuduhnya. “Sedamh apa kamu pagi-pagi buta pada tanggal 25 september? Hari
sebelum UTS tepat jam 05:30 pagi di hari minggu”. “tentu saja aku tidur”. Jawab
Lee An. “dasar anak nakal! Kamera pengintai mencidukmu memanjat tembok sekolah.”
Ucap guru matematika. Guru matematika menduduhnya menerobos pintu ruang guru
dan mencuri soal di komputer.
Lee An
mengkalrifikasikan jika datang ke sekolah lebih awal karen atak mau naik bus
penuh sesak. Dia baru sadar kalau hari itu adalah hari minggu. Lee An tertawa
dengan santainya “ha..ha.. jadi aku pulang dan menyalahkan diriku sendiri
karena itu.” “Oh jadi kamu tak menyadari itu hari minggu?’ tanya guru
matematika. Lee An ngeles lagi “Katanya aku tidak lulus kalau olos sekolah. Wali
kelasku terus mengomeliku”.
Melirik ke arah guru wanita dan berbisik “Oh
ya. Apa ada hari spesialkah? Atau ada kejutan?”. Guru matematika semakin marah
membentak Lee An “Kau bercanda? Karena berandalan sepertimu sekolah dikritik”.
Bahu Lee An di doorng-dorongnya dengan tongkat. Dia menyurh Lee An membawa
orangtuanya kaena Lee An akan di DO. Mimik muka Lee An berubah jadi sendu “Orangtuaku
sudah meninggal. Mungkin disini tak penting. Tapi jika aku di keluarkan aku tak
punya tempat tujuan”
THE END Next To He is Psychometric Episode 1 Part 4